7 Faktor Harga SOL Bisa Ambruk dalam Semalam
Solana, alias SOL, dulunya dianggap sebagai “Ethereum killer” karena kecepatannya yang luar biasa dan ekosistem yang berkembang pesat.
Tapi seperti naik roller coaster, perjalanan SOL juga penuh liku dan tikungan tajam.
Di balik gemerlap proyek-proyek DeFi dan NFT yang sempat booming di jaringannya, ada sisi lain yang nggak kalah penting untuk dibahas: penurunan harga yang bisa bikin deg-degan dalam semalam.
Nah, buat kamu yang lagi ngelirik SOL atau udah nyangkut di harga atas, berikut ini adalah bedah lengkap tujuh alasan kenapa harga SOL bisa jatuh drastis.
Poin-Poin Penting yang Perlu Kamu Tahu
Hide-
Volatilitas Pasar Kripto: SOL rentan tergerus ketika sentimen global memburuk.
-
Penurunan Aktivitas On-Chain: Volume transaksi harian Solana anjlok hingga 91% dalam sebulan terakhir.
-
Total Value Locked (TVL) Melorot: TVL pada DApp Solana turun puluhan persen, menandakan berkurangnya minat pengguna.
-
Unlocking Token Besar: Lebih dari 15 juta SOL akan beredar setelah vesting Q1/2025, menambah tekanan jual.
-
Pergeseran Likuiditas: Modal berpindah ke ekosistem Layer-2 Ethereum dan BNB Chain yang lebih stabil.
-
Sentimen Regulasi & ETF: Pengakuan pengajuan ETF XRP & DOGE oleh SEC meredam antusiasme SOL.
-
Level Teknis & Support/Resistance: Gagal menembus resistance kunci di US$200 memperkuat tekanan bearish.
Dijamin setelah baca ini, kamu bisa punya pandangan lebih jernih sebelum klik tombol “buy” atau “sell”.
1. Pasar Kripto Emang Lagi Galau
Solana itu ibarat anak muda yang mood-nya gampang banget berubah karena lingkungan. Ketika Bitcoin (BTC) atau Ethereum (ETH) jatuh, SOL seringkali ikut terseret lebih dalam.
Kenapa? Karena likuiditasnya lebih tipis. Misalnya, waktu BTC terkoreksi 5%, SOL bisa ambruk sampai 17% dalam sehari. Ini bukan hal yang aneh dalam kripto, tapi tetap bikin panik kalau kamu nggak siap.
Global sentiment seperti suku bunga naik, ketegangan geopolitik, atau berita negatif dari pemerintah juga bisa bikin pasar kripto auto merah.
Dan sayangnya, altcoin seperti SOL jadi korban yang paling gampang terpukul karena dianggap lebih spekulatif.
2. Aktivitas On-Chain Turun Gila-Gilaan
Volume transaksi di jaringan Solana anjlok sampai 91% dalam satu bulan terakhir. Bayangin, dari US$35,5 miliar per hari jadi cuma sekitar US$3,1 miliar. Ini bukan penurunan biasa.
Artinya apa? Orang makin jarang pakai jaringan Solana buat transaksi, investasi, atau trading. Volume DEX (decentralized exchange) juga ikut merosot, yang berarti pengguna makin males atau takut buat nge-DApps di jaringan ini.
Ketika on-chain activity sepi, itu seperti kota mati—dan investor mulai mikir, “Masih worth it nggak sih?”
3. TVL DApp Turun, Dana Kabur ke Mana-Mana
Total Value Locked (TVL)—alias jumlah dana yang dikunci dalam aplikasi DeFi Solana—juga nggak luput dari kejatuhan.
Platform seperti Orca, Raydium, dan Jupiter mengalami penurunan TVL antara 30–50% dalam tiga bulan terakhir.
Ini bukan sekadar angka. TVL yang turun menandakan kepercayaan investor terhadap ekosistem juga ikut luntur.
Ketika dana minggat, artinya pengguna dan developer juga ikut cabut. Solana jadi kehilangan fungsinya sebagai platform, dan otomatis harga SOL juga jadi rentan turun.
4. Unlocking Token Masif Siap Tekan Harga
Ini dia salah satu bom waktu yang sering disepelekan: unlocking token. Di kuartal pertama 2025, lebih dari 15 juta SOL (setara US$2,5 miliar) bakal dilepas ke pasar setelah masa vesting selesai.
Bayangkan, ada gelombang besar suplai yang tiba-tiba membanjiri pasar. Sementara permintaannya stagnan atau bahkan turun.
Ini sama kayak toko tiba-tiba banjir stok barang, tapi pelanggan nggak ada yang beli. Hasilnya? Harga jeblok.
Apalagi kalau para pemegang token besar (whale) memutuskan jual bareng-bareng. Pasar bisa banjir order jual, dan itu bikin tekanan bearish makin menggila.
5. Modal Lari ke Ekosistem yang Lebih “Damai”
Ethereum Layer-2 seperti Arbitrum dan Optimism, serta BNB Chain dari Binance, lagi jadi primadona. Banyak investor dan proyek pindah ke sana karena dianggap lebih stabil, lebih murah, dan punya ekosistem yang lebih matang.
Solana yang sempat hype karena kecepatan transaksi kini kalah saing karena gas fee di Layer-2 Ethereum juga makin murah, dan infrastrukturnya makin mantap.
Akibatnya, arus likuiditas (uang yang masuk) ke Solana makin kecil. Dan tanpa likuiditas, harga token susah naik.
6. Sentimen Regulasi & Efek ETF Bikin Fokus Pindah
Beberapa waktu lalu, SEC mengumumkan bahwa mereka menerima pengajuan ETF untuk XRP dan DOGE.
Meskipun belum disetujui, berita ini langsung memicu euforia di kalangan investor altcoin—sayangnya bukan untuk SOL.
SOL belum masuk radar ETF, dan itu bikin investor mikir dua kali. Mereka mulai pindah fokus ke koin yang punya potensi hype baru. Belum lagi tekanan dari regulator yang bikin investor makin waswas.
Di pasar derivatif, posisi short alias prediksi turun atas SOL juga makin mendominasi. Semua ini bikin narasi bullish SOL makin tipis.
7. Level Teknis Jadi Batas Psikologis
Kalau kamu main teknikal analysis, kamu pasti tahu betapa pentingnya level support dan resistance. Buat SOL, resistance-nya ada di US$200 dan US$225—dan udah berkali-kali gagal ditembus. Sementara support ada di US$180 dan US$160.
Masalahnya, ketika harga gagal nembus resistance, banyak trader pasang stop-loss. Begitu support ditembus, efek domino terjadi: margin call, auto-sell, dan panic selling makin mempercepat penurunan.
Contoh: waktu SOL turun dari US$200 ke US$180, banyak order jual otomatis aktif. Dari situ turun ke US$160 tinggal nunggu waktu.
Inilah kenapa analisa teknikal bisa jadi penentu arah jangka pendek, bahkan lebih dominan dibanding faktor fundamental.
Tabel Level Teknis SOL
Level Harga | Tipe |
---|---|
US$225 | Resistance |
US$200 | Resistance |
US$180 | Support |
US$160 | Support |
Penutup: Ini Bukan Akhir, Tapi Waktunya Lebih Cermat
SOL memang punya masa depan, terutama dari sisi teknologi dan komunitas. Tapi bukan berarti perjalanan harganya bakal mulus.
Volatilitas di dunia kripto bukan sesuatu yang bisa dihindari, apalagi untuk token yang masih berkembang kayak Solana.
Jadi, penting banget buat kamu paham bahwa harga SOL bisa jatuh bukan karena satu alasan, tapi karena kombinasi dari faktor makro global, kondisi internal jaringan, dan psikologi pasar.
Unlocking token, likuiditas yang pindah, sentimen regulator, sampai teknikal chart—all of them matter.
Kalau kamu pegang SOL atau mau beli, pastikan kamu tau risikonya. Jangan cuma FOMO karena lihat harganya pernah tembus ATH.
Perhatikan volume, TVL, aktivitas on-chain, dan pergerakan pasar secara keseluruhan. Kripto bukan cuma soal naik cepat, tapi juga soal gimana kamu bisa bertahan ketika turun.
Dengan ngerti tujuh faktor di atas, kamu bisa bikin keputusan yang lebih pintar—nggak panik waktu harga jatuh, dan tahu kapan harus tahan atau cabut.
Investasi itu maraton, bukan sprint. Tetap tenang, tetap rasional, dan jangan lupa DYOR (Do Your Own Research).
Frequently Asked Questions (FAQs)
Apakah penurunan SOL selalu menandakan masalah fundamental pada Solana?
Tidak selalu; terkadang koreksi harga terjadi karena faktor eksternal seperti makroekonomi atau sentimen pasar kripto secara umum.
Bagaimana cara memantau jadwal unlocking SOL?
Anda bisa melihat whitepaper atau dashboard vesting resmi Solana di situs Solana Foundation untuk update jadwal pelepasan token.
Apakah penurunan TVL di DApp Solana bisa segera membaik?
Pemulihan TVL tergantung adopsi proyek baru dan insentif protokol. Upgrade jaringan seperti “Stakenet v2” bisa memicu kenaikan kembali.
Apakah ada level harga kunci yang cocok untuk membeli SOL saat koreksi?
Banyak trader menargetkan support di US$180–160 sebagai zona beli potensial, dengan stop-loss sedikit di bawah US$160.
Bagaimana regulasi ETF memengaruhi SOL?
Keputusan SEC atas ETF kripto memberi sinyal ke pasar. Jika SOL diajukan untuk ETF, sentimen bisa positif; sebaliknya, fokus pada mata uang lain dapat menekan SOL.