Analis Ingatkan Potensi Tekanan Harga Bitcoin dalam Jangka Pendek
Analis dari 10x Research, Markus Thielen, mengungkapkan bahwa saat ini belum saatnya bagi investor untuk bersikap terlalu optimis terhadap pergerakan harga Bitcoin.
Dalam laporan terbarunya, Thielen mencatat bahwa pelebaran credit spread terus berlanjut, menandakan kekhawatiran resesi yang semakin dalam.
Ia menekankan bahwa pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS, meskipun biasanya dianggap positif untuk Bitcoin, justru bisa memperkuat sinyal pelemahan ekonomi yang dapat menekan harga Bitcoin lebih lanjut.
- Kapitalisasi Pasar Token Emas Meningkat Tajam Akibat Ketidakpastian Tarif AS
- Trump Cabut Aturan IRS Terkait DeFi
- Ukraina Pertimbangkan Pengenaan Pajak Penghasilan hingga 23% untuk Aset Kripto
- Prediksi Bitwise: Bitcoin Berpotensi Mencapai US$200.000 pada Akhir 2025
- Pakistan Manfaatkan Surplus Energi untuk Penambangan Bitcoin dan Pusat Data AI
Harga Bitcoin Mengalami Penurunan
Mengutip informasi dari media Coinvestasi, hingga saat ini, harga Bitcoin tercatat berada di sekitar US$81.000, mengalami penurunan sekitar 1% dalam 24 jam terakhir.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) juga menunjukkan pelemahan, turun hampir 3% dalam sepekan terakhir ke level 100,3400. Kondisi ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar keuangan global.
Potensi Jangka Panjang Masih Terbuka
Meskipun menghadapi tekanan dalam jangka pendek, beberapa analis tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin.
Robbie Mitchnick, Head of Digital Assets di BlackRock, menyatakan bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk berkinerja baik dalam kondisi makroekonomi yang resesif.
Ia menambahkan bahwa jika resesi terjadi, hal tersebut bisa menjadi katalis besar bagi pertumbuhan harga Bitcoin di masa depan.