Bitcoin Gagal Tembus Rekor Harga Tertinggi Baru
Harga Bitcoin (BTC) belum berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH) meskipun sempat menyentuh level US$110.000 pada Mei 2025.
Menurut laporan dari Coinvestasi, pergerakan harga Bitcoin masih terhambat oleh sejumlah faktor teknikal dan fundamental yang memengaruhi dinamika pasar kripto.
Disini kami akan mengulas tiga alasan utama mengapa Bitcoin belum mampu mencatatkan rekor harga baru serta memberikan gambaran tentang kondisi pasar saat ini, yang kami kutip dari media.
Faktor-Faktor Penghambat Kenaikan Bitcoin
Penurunan performa harga Bitcoin belakangan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling berkaitan, menciptakan tantangan signifikan bagi kenaikan nilai aset kripto ini.
Dari sisi likuiditas pasar yang menurun, pola harga yang menunjukkan pelemahan, hingga minimnya aktivitas profit-taking, berbagai indikator menunjukkan adanya hambatan yang kuat bagi Bitcoin untuk mencapai level harga yang lebih tinggi.
Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai faktor-faktor utama yang menjadi penghambat kenaikan Bitcoin.
Penurunan Likuiditas Pasar
Salah satu kendala utama yang dihadapi Bitcoin adalah menurunnya likuiditas di pasar kripto. Berdasarkan data dari Glassnode, volume transfer on-chain harian Bitcoin merosot drastis hingga 47%, dari puncaknya menjadi hanya US$5,2 miliar.
Selain itu, jumlah alamat aktif di jaringan Bitcoin juga mengalami penurunan sebesar 18%, dari 950.000 pada November 2024 menjadi 780.000 pada Maret 2025.
Kondisi ini diperparah oleh penurunan open interest (OI) di pasar futures Bitcoin sebesar 24%, dari US$71,85 miliar menjadi US$54,65 miliar.
Funding rate pada kontrak perpetual futures juga menunjukkan tren melandai, mengindikasikan adanya deleveraging di pasar.
Dengan likuiditas yang menyusut, tekanan jual tidak mampu diserap oleh permintaan beli yang memadai, sehingga menghambat Bitcoin untuk menembus level US$110.000.
Pola Harga yang Menantang
Secara teknikal, pergerakan harga Bitcoin menunjukkan pola lower high dan lower low pada grafik time frame satu jam, yang mengindikasikan tren pelemahan.
Pada akhir Maret 2025, Bitcoin sempat mencoba menembus level resistance psikologis di US$90.000, namun hanya mampu mencapai US$88.780 sebelum kembali melemah ke bawah US$87.000.
Analisis teknikal dari Coinvestasi dan TradingView menunjukkan bahwa Bitcoin menghadapi tantangan berat untuk kembali menguji level US$90.000 dalam waktu dekat.
Pola harga ini mencerminkan kurangnya momentum bullish yang kuat, membuat investor lebih berhati-hati dalam mengambil posisi.
Minimnya Aktivitas Profit-Taking
Faktor ketiga yang menghambat kenaikan harga Bitcoin adalah rendahnya aktivitas profit-taking di kalangan investor.
Menurut laporan The Week On-Chain dari Glassnode, hanya 2,5% dari total pasokan Bitcoin yang berpindah.
Kesimpulan
Harga Bitcoin (BTC) belum mampu menembus rekor tertinggi sepanjang masa di level US$110.000 karena terkendala oleh tiga faktor utama: penurunan likuiditas pasar, pola harga yang menunjukkan pelemahan, dan minimnya aktivitas profit-taking.
Menurunnya volume transfer on-chain, jumlah alamat aktif, dan open interest di pasar futures mencerminkan likuiditas yang lemah, sehingga tekanan jual sulit diserap.
Secara teknikal, pola lower high dan lower low pada grafik harga menandakan kurangnya momentum bullish, dengan level resistance US$90.000 menjadi tantangan besar.
Selain itu, rendahnya aktivitas profit-taking mengindikasikan kehati-hatian investor, yang turut menghambat kenaikan harga.
Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar kripto yang kompleks, di mana faktor teknikal dan fundamental saling berkontribusi dalam menahan laju Bitcoin menuju rekor baru.