Bitcoin Masih Undervalued? Analis Sebut Harga Wajar di US$130.000
Per 25 April 2025, Bitcoin diperdagangkan sekitar 40% di bawah nilai wajarnya, menurut Charles Edwards, pendiri Capriole Investments.
Penilaian ini didasarkan pada model Bitcoin Energy Value, yang mengaitkan nilai intrinsik Bitcoin dengan jumlah energi yang digunakan untuk menambangnya.
Model ini berasumsi bahwa semakin besar energi yang dikonsumsi, semakin tinggi pula nilai intrinsik Bitcoin, mencerminkan tingkat keamanan dan ketahanan jaringan.
Korelasi Historis antara Harga dan Nilai Energi
Berdasarkan informasi yang kami kutip dari media Beincrypto, Edwards menunjukkan bahwa harga pasar Bitcoin cenderung mengikuti nilai energi dari waktu ke waktu. Korelasi ini terlihat jelas pada tahun 2018, 2020, dan 2023.
Saat ini, dengan harga pasar Bitcoin sekitar US$93.000 dan nilai energi yang diperkirakan sebesar US$130.000, terdapat kesenjangan sekitar 40%.
Secara historis, kesenjangan semacam ini sering kali menjadi pendahulu bagi lonjakan harga Bitcoin.
- XRP Menguat: Kapitalisasi Pasar Tembus US$130 Miliar
- Tiga Token AI Agent yang Patut Diperhatikan Menjelang Akhir April 2025
- Pi Network (PI) Terjebak dalam Ketidakpastian: Antara Harapan dan Kekhawatiran
- PancakeSwap Catat Rekor Baru: Volume Perdagangan Q1 2025 Tembus US$205 Miliar
- Rusia Luncurkan Bursa Kripto Resmi: Langkah Strategis Hadapi Sanksi Global
Pertimbangan Lain: Sinyal Positif dari ETF
Meskipun model Bitcoin Energy Value masih bersifat teoretis, sinyal positif juga datang dari Exchange-Traded Funds (ETF) Bitcoin.
Aliran dana masuk ke ETF menunjukkan minat investor institusional yang terus meningkat, memberikan dukungan tambahan terhadap prospek pertumbuhan harga Bitcoin di masa mendatang.
Dengan mempertimbangkan model energi dan minat institusional yang meningkat, analis menyimpulkan bahwa Bitcoin saat ini masih undervalued dan berpotensi mengalami apresiasi harga menuju nilai wajarnya di US$130.000.