Bitcoin Meroket ke US$105.000: Ketegangan Hormuz dan Ancaman Inflasi
Bitcoin berhasil mencapai level US$105.000, didorong oleh kekhawatiran dunia akan kemungkinan Iran menutup Selat Hormuz serta meningkatnya sentimen inflasi akibat harga minyak.
Meski menghadapi tekanan jual akibat ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah, aset kripto ini tetap tangguh.
Ancaman Geopolitik: Krisis Selat Hormuz
Berdasarkan informasi yang kami kutip dari media Beincrypto, risiko terbesar datang dari potensi penutupan Selat Hormuz, jalur vital untuk 20% pasokan minyak global. Jika terjadi, harga energi bisa melonjak, memicu penurunan aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Volatilitas pasar: Menurut analis Nic Puckrin dari Coin Bureau, “Jika krisis terjadi di akhir pekan, pasar kripto yang aktif 24/7 akan langsung terdampak.”
Tekanan Jual dan Sikap Hati-Hati Investor
Arus keluar besar: Ketegangan di Timur Tengah memicu penarikan Bitcoin dari pasar spot. Dalam 24 jam terakhir, harga BTC turun 3–5%, dengan RSI di bawah 50, menunjukkan dominasi momentum jual.
Level kunci berikutnya: Jika tekanan berlanjut, Bitcoin berpotensi turun ke US$103.000 atau bahkan mendekati US$101.600.
Kripto sebagai Pelindung Nilai Ekonomi
Investor jangka panjang tetap optimis: Meski ada tekanan jual jangka pendek, pemegang Bitcoin jangka panjang mengakumulasi sekitar 30.800 BTC pada 11 Juni, menandakan kepercayaan pada prospek masa depan.
Faktor dolar AS: Pelemahan dolar, yang kini berada di titik terendah dalam tiga tahun, mendukung pandangan bullish jangka panjang untuk Bitcoin.
Ikhtisar dan Tantangan Mendatang
Faktor | Dampak |
---|---|
Geopolitik (Hormuz) | Risiko tinggi: kenaikan harga minyak & penurunan aset berisiko |
Indikator Teknikal | RSI <50, MACD bearish → potensi turun ke US$103.000 |
Aksi Investor Jangka Panjang | Akumulasi terus berlanjut → sinyal optimisme |
Kondisi Makro | Dolar melemah, mendukung narasi bullish |
Simpulan
Bitcoin bertahan di level US$105.000 di tengah gejolak global. Ketegangan geopolitik di Selat Hormuz dapat memicu koreksi harga, tetapi akumulasi oleh investor jangka panjang dan pelemahan dolar memperkuat prospek positif.
Juni 2025 diperkirakan akan penuh dinamika, dipengaruhi oleh perkembangan konflik Hormuz dan indikator ekonomi makro.