negara-yang-beli-bitcoin-saat-harga-drop

Negara-Para Whale: Saat Pemerintah Ikutan ‘Buy the Dip’

Saat harga Bitcoin anjlok, banyak yang panik jual. Tapi ternyata, bukan cuma investor ritel dan institusi gede yang main strategi “buy the dip”.

Ada juga negara-negara yang justru ngelihat momen ini sebagai peluang buat nambah tabungan Bitcoin nasional mereka.

Dan cara mereka dapetin BTC ini juga beda-beda—ada yang lewat pembelian rutin tiap hari, ada yang hasil nyita dari penjahat digital, sampai ada yang rajin nambang pakai energi terbarukan.

Poin-Poin Penting yang Perlu Kamu Tahu

Hide
  • Strategi Cadangan Nasional: Beberapa negara menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan, menyetok ketika harga melemah.

  • Sumber Perolehan Beragam: Dari penyitaan kriminal di Inggris hingga pembelian rutin di El Salvador.

  • Dampak Geopolitik & Ekonomi: Langkah ini mencerminkan keinginan negara untuk diversifikasi cadangan dan menurunkan ketergantungan pada mata uang fiat.

  • Teknologi & Energi: Bhutan memanfaatkan listrik hidro untuk penambangan massal Bitcoin.

  • Regulasi & Kebijakan: Inisiatif legislatif di AS, Ukraina, dan lainnya menyiapkan kerangka resmi pembelian dan penyimpanan Bitcoin.

Di artikel ini, kita bakal bedah habis-habisan 6 negara yang udah akumulasi Bitcoin dalam jumlah serius dan strategi unik yang mereka pake buat ngelakuinnya.


1. Amerika Serikat: Bikin Cadangan Bitcoin Kayak Cadangan Minyak

Yes, kamu nggak salah baca. Di bulan Maret 2025, Presiden AS resmi tanda tanganin perintah eksekutif buat bikin Strategic Bitcoin Reserve—konsepnya mirip banget kayak cadangan minyak nasional, tapi kali ini versi digitalnya.

Isinya? BTC yang mereka dapetin dari hasil penyitaan kasus kriminal siber dan pencucian uang.

Hingga awal 2025, jumlahnya udah lebih dari 207.000 BTC. Nilainya? Triliunan rupiah! Ini bukan cuma tentang nyimpen aset digital, tapi jadi sinyal kuat kalau AS makin serius jadikan Bitcoin bagian dari stabilitas ekonomi nasional mereka.

Pemerintahnya sadar banget kalau nilai mata uang fiat terus kena inflasi, sementara BTC dianggap punya potensi jadi pelindung nilai jangka panjang.

Langkah ini juga bisa nambah daya tawar geopolitik AS—di tengah dunia yang makin beralih ke sistem finansial terdesentralisasi, punya cadangan BTC bisa jadi kartu truf buat diplomasi dan perdagangan global di masa depan.


2. China: Dapat Bitcoin dari Skema Ponzi, Terus Diam-Diam Jadi Whale

China memang udah lama larang trading dan mining kripto di dalam negeri, tapi bukan berarti mereka nggak pegang BTC.

Justru, otoritas mereka pernah nyita sekitar 194.000 BTC dari kasus penipuan kripto paling legendaris: PlusToken Ponzi Scheme.

Penegak hukum di sana nangkep para pelaku, nyita semua aset digitalnya, dan—meski pemerintah nggak transparan sepenuhnya—data dari komunitas menyebut kalau sebagian besar BTC itu disimpan, sebagian lagi kemungkinan dijual pelan-pelan pakai metode “mixing” buat nyamarkan jejaknya, lalu masukin ke kas negara.

Uniknya, walaupun larangannya keras, China tetap jadi pemain besar di peta kepemilikan Bitcoin global.

Bukti kalau negara bisa “main belakang” dalam urusan aset kripto demi keuntungan strategis, bahkan sambil tetap larang publiknya.


3. Inggris: Tangkap Kriminal, Simpan Bitcoinnya

Kalau Amerika punya cadangan strategis, Inggris punya “tabungan kripto hasil kejahatan”. Pada tahun 2018, Kepolisian Metropolitan London berhasil ngebongkar sindikat pencucian uang internasional dan nyita total 61.000 BTC.

Awalnya ini bukti kasus, tapi belakangan malah disimpan dan dijadikan bagian dari cadangan nasional.

Pemerintah Inggris termasuk yang punya pendekatan hukum paling tegas terhadap kejahatan berbasis aset digital.

Tapi mereka juga nggak mau rugi—daripada aset hasil kejahatan itu dibiarkan beku, mereka manfaatkan buat memperkuat posisi fiskal.

Buat negara seperti Inggris yang ekonominya udah matang, punya cadangan dalam bentuk BTC bisa jadi alat diversifikasi, sekaligus adaptasi ke era digital finance.


4. Ukraina: Sumbangan Perang dan RUU Khusus Cadangan BTC

Ukraina jadi negara unik karena Bitcoin buat mereka bukan cuma aset, tapi juga penyelamat di masa perang.

Sejak invasi Rusia, Ukraina nerima donasi kripto dalam jumlah besar, termasuk 46.351 BTC, dari komunitas global buat bantu dana militer dan bantuan kemanusiaan.

Tapi mereka nggak berhenti di situ. Pemerintah Ukraina sedang merancang Rancangan Undang-Undang No. 13 356, yang kalau disahkan, bakal ngasih izin resmi ke bank sentral buat simpan Bitcoin sebagai cadangan nasional.

Gerakan ini nunjukkin bahwa BTC makin dianggap sah dan strategis secara resmi. Ukraina melihat Bitcoin bukan cuma sebagai alat bantu krisis, tapi juga potensi masa depan stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian geopolitik.


5. Bhutan: Negara Kecil, Tapi Tambang BTC dengan Listrik Air

Bhutan mungkin nggak masuk radar banyak orang saat ngomongin kripto. Tapi negara kecil di Asia Selatan ini punya strategi yang keren banget: nambang Bitcoin pakai energi hidroelektrik yang bersih dan murah.

Lewat infrastruktur tenaga air yang udah mereka punya, Bhutan bisa akumulasi 13.029 BTC, yang menurut hitungan terakhir setara hampir 28% dari PDB-nya sendiri.

Ini bikin Bhutan jadi contoh langka—negara berkembang yang justru memanfaatkan keunggulan sumber daya alam buat masuk ke dunia digital aset.

Model Bhutan ini ngasih pelajaran: negara kecil pun bisa punya peran besar kalau punya strategi yang pintar dan berkelanjutan. Mereka nggak beli BTC dari pasar, tapi “cetak” sendiri dengan efisiensi luar biasa.


6. El Salvador: Satu Hari, Satu Bitcoin, Gass Terus!

El Salvador emang udah dikenal jadi negara pertama yang sahkan Bitcoin sebagai alat bayar resmi sejak 2021.

Tapi mereka juga punya satu program unik yang bikin semua komunitas kripto salut: beli 1 BTC per hari, dimulai sejak November 2022.

Sampai Maret 2025, mereka udah pegang 6.102 BTC. Presiden Nayib Bukele tetap ngejalanin program ini meski banyak tekanan dari IMF yang nggak setuju.

Alasannya? Pemerintahnya yakin kalau Bitcoin bakal jadi pilar penting masa depan ekonomi negara.

Strategi ini bukan cuma tentang akumulasi, tapi juga sinyal buat dunia: El Salvador pengen jadi simbol revolusi kripto global. Mereka sedang bertaruh besar—dan sejauh ini, masih jalan terus.


Tabel Ringkasan Cadangan Bitcoin Negara

Negara Volume BTC Cara Dapetinnya
Amerika Serikat 207.189 Penyitaan kriminal + cadangan strategis
China 194.000 Hasil kasus penipuan kripto
Inggris 61.000 Penyitaan kejahatan terorganisir
Ukraina 46.351 Donasi kripto + penyitaan
Bhutan 13.029 Penambangan hidroelektrik
El Salvador 6.102 Program beli harian (1 BTC per hari)

Penutup: Saat Negara Mulai Masuk Arena Kripto Serius

Fenomena ini bukan cuma soal simpanan digital. Ini tentang bagaimana negara-negara mulai sadar bahwa Bitcoin bukan sekadar instrumen spekulasi, tapi aset strategis jangka panjang.

Dari AS sampai Bhutan, masing-masing punya pendekatan sendiri—ada yang agresif beli, ada yang kreatif nambang, dan ada yang memanfaatkan momentum hasil penyitaan.

Langkah-langkah ini juga berpotensi gede buat ngubah dinamika pasar global. Kalau negara-negara terus akumulasi BTC saat harga koreksi, mereka bisa jadi pemain utama yang pengaruhi suplai dan permintaan.

Bahkan bukan nggak mungkin, di masa depan kita bakal lihat Bitcoin jadi standar cadangan internasional baru, bersaing langsung sama dolar atau emas.

Intinya? Dunia berubah, dan Bitcoin bukan cuma buat trader atau spekulan lagi. Negara-negara pun nggak mau ketinggalan, dan mungkin—kamu juga perlu mulai mikir, mau di mana posisimu di revolusi keuangan ini?


Frequently Asked Questions (FAQs)

Mengapa negara membeli Bitcoin saat harganya turun?

Negara memanfaatkan koreksi harga untuk membeli lebih banyak aset dengan biaya lebih rendah, mirip strategi dollar-cost averaging, sekaligus mendiversifikasi cadangan dari mata uang fiat.

Apakah semua akumulasi Bitcoin negara berasal dari pembelian?

Tidak. Beberapa negara (Inggris, China) mendapatkan Bitcoin lewat penyitaan aset kriminal, sedangkan Bhutan menambang sendiri.

Bagaimana keabsahan cadangan Bitcoin pemerintah?

Setiap negara menetapkan kerangka hukum dan audit internal. AS misalnya membuat Strategic Bitcoin Reserve resmi yang diawasi pemerintah.

Apa risiko utama kebijakan ini?

Volatilitas harga Bitcoin dapat mempengaruhi nilai cadangan. Selain itu, isu regulasi dan penerimaan publik juga menjadi tantangan.

Akankah semakin banyak negara mengikuti tren ini?

Kemungkinan iya. Rancangan undang-undang di Jepang, Brasil, dan Republik Ceko menunjukkan minat untuk mengeksplorasi Bitcoin sebagai bagian dari cadangan nasional.

Similar Posts