Pasar Bergejolak Akibat Hoaks Tarif Trump: Bukti Sensitivitas Investor
Sebuah kabar palsu mengenai rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menghentikan sementara tarif impor selama 90 hari sempat memicu lonjakan tajam di pasar keuangan.
Meskipun informasi tersebut ternyata tidak benar, kejadian ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap rumor yang beredar.
Penyebaran Informasi Palsu dan Dampaknya
Mengutip dari media Coinvestasi, kabar tersebut berasal dari postingan akun terverifikasi bernama Walter Bloomberg di platform X pada Minggu (7/4/2025), yang mengklaim bahwa Trump mempertimbangkan jeda tarif selama 90 hari untuk semua negara kecuali Tiongkok, mengutip wawancara dengan penasihat ekonomi Kevin Hassett.
Meskipun akun tersebut tidak memiliki afiliasi resmi dengan Bloomberg News, informasi yang disebarkan langsung mendapat perhatian luas, terlebih setelah CNBC menayangkannya dalam bentuk banner dan Reuters ikut memperkuat pemberitaan tersebut.
Akibatnya, indeks S&P 500 melonjak lebih dari 8% dari titik terendah hari itu, Nasdaq naik 9,5% hanya dalam waktu kurang dari satu jam, dan Dow Jones terdongkrak 7%, menambah triliunan dolar AS ke kapitalisasi pasar saham.
Di sisi lain, harga Bitcoin pun ikut terdorong hingga naik 6,5% dari level US$76.000 ke US$80.000 dalam waktu singkat, sebelum akhirnya terkoreksi kembali setelah pihak Gedung Putih AS mengonfirmasi bahwa informasi tersebut tidak benar.
Pihak Gedung Putih melalui akun Rapid Response 47 di platform X membantah laporan tersebut, menyatakan bahwa kabar mengenai jeda tarif 90 hari adalah “BERITA PALSU”.
Klarifikasi dari Penasihat Ekonomi
Dalam wawancara bersama Fox News, Hassett memang ditanya apakah Presiden Trump mempertimbangkan jeda tarif 90 hari.
Ia memberikan jawaban yang tidak tegas, mengatakan bahwa keputusan akhir ada di tangan presiden.
“Presiden akan memutuskan apa yang ingin ia putuskan,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa potensi dampak negatif dari kebijakan perdagangan hanya memberi efek kecil terhadap PDB nasional.
Hassett juga mengecam narasi yang terlalu berlebihan mengenai dampak kebijakan tarif, menyebutnya sebagai “retorika yang tidak bertanggung jawab”.
Ancaman Tarif Baru terhadap Tiongkok
Beberapa saat setelah postingan palsu dihapus, Trump justru menyampaikan ancaman baru melalui platform Truth Social, menargetkan Tiongkok.
“Jika Tiongkok tidak menarik kenaikan 34% atas pelanggaran perdagangan jangka panjang mereka sebelum 8 April, AS akan menambahkan tarif tambahan sebesar 50% mulai 9 April,” tulisnya.
Respons Pasar terhadap Rumor
Meskipun berita tersebut terbukti palsu, peristiwa ini mengungkapkan betapa siapnya pasar untuk menyambut sentimen positif.
YouTuber kripto bernama Lark Davis menyatakan bahwa pasar menunjukkan keinginan kuat untuk merespons langkah yang meredakan ketegangan dagang, meskipun hanya berupa penundaan singkat.
“Pasar siap bereaksi kapan pun. Bahkan kabar mengenai delay tarif impor 90 hari yang lemah saja bisa bikin pasar terbang,” ungkap Davis. “Bayangkan kalau ada kesepakatan dengan pemain besar seperti India, Kanada, dan Inggris. Ada banyak uang yang siap masuk begitu saja.”
Komentar serupa datang dari akun X bernama Geiger Capital, yang menyebut bahwa kejadian ini justru bisa memberi keyakinan lebih bagi Trump untuk memanfaatkan momen seperti ini di masa depan.
“Mereka sekarang tahu bahwa cukup umumkan ‘jeda sementara’, dan pasar akan merespons positif. Ini bisa menjadi alat negosiasi yang efektif,” tulis Geiger Capital.
Kesimpulan
Kejadian ini menyoroti betapa sensitifnya pasar keuangan terhadap rumor dan informasi yang beredar, terutama yang berkaitan dengan kebijakan perdagangan global.
Investor dan pelaku pasar diharapkan lebih berhati-hati dalam menyikapi informasi yang belum terverifikasi untuk menghindari keputusan investasi yang didasarkan pada kabar tidak akurat.